PROGRAM
RISET (Pemikiran Imre Lakatos)
Oleh: M. Nur Huda[1]
Ilmu berawal
dari keingintahuan manusia atas fenomena yang ada disekitarnya ataupun tentang
dirinya sendiri. Pada awalnya hasrat ingin mengetahui itu terhambat oleh
berbagai mitos yang berkembang di masyarakat. Mitos berhasil tertanam didalam
pikiran manusia, karena keterbatasan pikiran manusia itu sendiri untuk
memberikan dan memperoleh penjelasan yang masuk akal. Salah satu misi ilmuyah
adalah meruntuhkan berbagai mitos melalui penjelasan ilmiah yang dapat
memuaskan kedahagaan keingintahuan.
Banyak teori
dan metode berfikir yang sudah ditemukan oleh banyak pemikir dalam filsafat
kilmu. Dari banyaknya kajian filsafat masing-masing pemikir saling
berkomunikasi lewat kritik dan saran yang berfungsi untung menyempurnakan
kajian keilmuan.
A.
Biografi
Imre Lakatos
Imre
Lakatos lahir di hungaria pada tanggal 9 Nopember 1922. Menyelesaikan studi di University
of Debrecen pada bidang matimatika, Fisika, dan filsafat. Karirnya diawali
dengan jabatan Mentri Pendidikan, namum pemikirannya dipandang menyebabkan
kekacauan politik sehingga pada tahun 1950 dipenjara selama tiga tahun,
kemudian beliau menerjemah buku-buku matematika kedalam bahas hungaria[2].
Karena
pada tahun 1956 terjadi revolusi , Imre Lakatos lari ke Wina yang akhirnya
sampai ke London. Di London inilah kemudian Imre Lakatos melanjutkan studi di
Cambridge University dan memperoleh gelar doktor setelah mempertahankan
desertasinya: Proofs and Refutations: The Logic Of Matematical Discovery
(karya yang membahas pendekatan terhadap beberapa metodologi matematika sebagai
logika penelitian).
Setelah
diangkat memnjadi pengajar di London School of Economic, dia sering
terlibat diskusi dengan Popper, Feyerband, dan Khun untuk membantu memantapkan
gagasan tentang Metodology of Scientific Research Programms, sehingga
pada tahun 1965, Imre Lakatos mengandakan suatu simposium yang mempertemukan
gagasan Khun dan Popper.
Pada
tahun 1968 Imre Lakatos menerbitkan karyanya yang berjudul: Criticism and
The Metodology of Scientific Research Programms, sebagai evaluasi atas
prinsip falsifikasi dan upaya perbaikan atas kelemahan dan kekuranganya. Imre
Lakatos meninggal pada tanggal 2 Februari 1974 di London sebelum menyelesaikan
Karyanya yang berjudul: The Changing Logic Of Scientific Discovery sebagai
pembaharuan dari karya Popper: The Logic Of Scientific Discovery.
B.
Konsep
Pemikiran Imre Lakatos
Sebgaimana
yang telah disinggung diatas bahwasanya Imre Lakatos mengambil jalan tengan
atas pemikiran Khun dan Popper. Lakatos ingin mengembangkan dan mengkritik atas
kekurangan dari pemikiran Popper dan menghasilkan metode baru yang selanjutnya
di sebut Program Riset.[3]
Pemikiran
Thomas Kuhn dalam Scientific Revolution nampaknya menimbulkan
kegoncangan dalam filsafat ilmu. Ilmu yang dahulu dianggap pasti dengan
metodenya sekarang menjadi goyah dengan pemaparan Kuhn yang membawa kepada
skeptisisme. Salah satunya adalah Imre Lakatos, Imre Lakatos adalah seorang
filsuf Hungaria, yang hidup pada tahun 1922-1974.
Imre
Lakatos lebih tertarik dengan menengahi antara perubahan paradigma Kuhn dan
falsifikasi Popper. Pemikiran Lakatos berkaitan dengan struktur teori.
Pemikiran ini berpendapat bahwa dalam sebuah teori terdapat sebuah inti teori
yang tidak bisa dibandingkan satu sama lain. Ini disebut dasar dari dasar
(Hardcore) dari sebuah ilmu, dan ini tidak bisa difalsifikasi. Paradigmanya
menggunakan istilah Program penelitan (program researc). Pemikiran Lakatos
cukup rumit sehingga lebih baik difokuskan untuk memahami bagaimana Lakatos memecahkan
problema batas-batas.
Menurut
Lakatos perbedaan antara sains dan pseudosains adalah bahwa sebuah sains adalah
sains bahwa sains bisa menciptakan peramalan-peramalan terhadap fenomena baru.
Pseudosains tidak menciptakan peramalan-peramalan baru dan karena itu gagal
disebut sains. Sebuah sains mampu menciptakan peramalan-peramalan
terhadap fakta-fakta, entah ditemukan atau tidak. Sebuah program penelitian
disebut progresif ketika dia membuat ramalan-ramalan mengejutkan yang
dikonfirmasi dan degeneratif ketika ramalannya tidak akurat atau hanya memoles
teori agar sesuai dengan fakta.
Lakatos
menyebutkan Pseudosains contoh-contohnya adalah astronomi Ptolemy, kosmogony
planetari cosmogony, psychoanalysis Freud, Marxisme abad ke duapuluh, Biology
Lysenko, Quantum mekanik Bohr sebelum 1924, astrologi, psychiatry, sosiologi
dan ekonomi neo-klasik.
Dalam
Program Riset ini terdapat aturan-aturan metodologi yang disebut “Heuristik”,
yaitu kerangka kerja konseptual sebagai kosekuensi dari bahasa. Heuristik adalah
suatu keharusan untuk melakukan penemuan-penemuan lewat penalaran induktif dan
percobaan-percobaan sekaligus menghadirkan kesalahan dalam memecahkikan
masalah.
Menurut
Imre Lakatos terdapat tiga elemen yang masing mempunyai fungsi yang berbeda dan
harus diketahui dalam kaitanya dengan Program Riset, yaitu:
1)
Inti Pokok (Hard-core)
Asumsi dasar yang menjadi ciri dariprogram
riset ilmiah yang melandasinya, yang tidak dapat ditolak atau dimodifikasi.
Inti pokok ini dilindungi oloeh falsifikasi. Dalam aturan metodologis inti
pokok disebut sebagai “heuristik negatif” maksudnya inti pokok yang menjadi
dasar diatas elemen yang lain karena sifatnya menentukan dari suatu program
riset dan menjadi nhepotese teoritis yang bersifat umum dan sebagai dasar bagi
pengembangan program pengembangan.
2)
Lingkaran Pelindung (Protective-belt)
Yang terdiri dari hepotesa-hipotesa bantu
(auxiliary hypothese) dalam kondisi-kondisi awal. Dalam mengartikulasi
lingkaran pelindung, lingkaran pelindung ini harus menahan berbagai serangan,
pengujian dan memperoleh penyesuaian, bahkan perubahan dan pengertian, demi
mempertahankan hard-core. Dalam aturan metodologis lingklaran pelindung
ini disebut “heuristik positif” maksudnya un tuk menunjukkan bagaimana
inti pokok program riset dilengkapi agar dapat menerangkan dan meramalakan
fenomena-fenomena yang nyata. Heuristik positif terdiri dari saran atau isyarat
tentang bagaimana mengembangkan vaian-varian yang komplek, bagaimana
memodifikasi dan meningkatkan lingkaran pelindung yang fleksibel
3)
Serangkaian Teori (a series theory)
Keterkaitan teori dimana teori yang berikutnya
merupakan akibat dari klausal bantu yang ditambah dari teori sebelumnya.
Menurut Imre Lakotos, yang harus dinilai sebagai ilmiyah atau tidak ilmiah
bukanlah teori tunggal, melainkan rangkaian teori baru.
Yang
gterpenting dalam serangkaian teori adalah ditandai oleh kontinuitas yang
pasti. Kontinuitas berangkat dari program riset yang murni. Keilmiahan sebuah
program riset dinilai dari dua syarat, yaitu:
1)
Harus memenuhi derajat koherensi yang
mengandung perencanaan yang pasti untuk program riset selanjutnya.
2)
Harus dapat menghasilkan penemuan baru.
Dalam
struktur program riset ini diharapkan bisa menghasilkan suatu keilmuan baru
yang rasional. Keberhasilan dari suatu program riset ini dilihat dari
terjadinya perubahan problem yang progresif dan sebaliknya dikatakan gagal
dalam program riset ini adalah jika hanya menghasilkan problem yang justru
merosot atau degeneratif.
Dengan demikian kegiatan ilmiah selanjutnya
diarahkan kepada penemuan paradigma baru, dan jika penemuan baru ini berhasil,
maka akan terjadi perubahan besar dalam ilmu pengetahuan. Penemuan baru
bukanlah peristiwa-peristiwa yang tersaing, melainkan episode-episode yang
diperluas dengan struktur yang berulang secara teratur. Penemuan diawali dengan
kesadaran akan adanya anomali. Kemudian riset berlanjut dengan eksplorasi yang
sedikit banyak diperluas pada wilayah anomali. Dan riset tersebut hanya akan
berakhir bila teori atau paradigma itu telah disesuaikan sehingga yang
menyimpang menjadi sesuai dengan yang diharapkan. Jadi yang jelas, dalam
penemuan baru harus ada penyesuaian antara fakta dengan teori yang baru.
Amin Abdullah, Falsafah Kalam era Postmodernisme, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 1995
Dr. Waryani Fajar riyanto, S. H.I. M. Ag, Filsafat Ilmu
(Topik-topik Epistimologi). Yoyakarta, Integrasi Interkoneksi Prees, 2011
Ahmad Kholid Yazid Jailani, Paradigma dan Revolusi Sains: Studi Atas
Pemikiran Thomas Samuel Kuhn, Skripsi yang Belum Diterbitkan, 2003
Aan Najib, Paradigma Dan Revolusi Sains: Telaah Atas Konsep Pemikiran
Thomas Samuel Kuhn dan Implikasinya dalam Wacana Pendidikan,10 Oktober 2005
Muhammad
Muslih, Filsafat Ilmu (kajian dan asumsi dasar paragigma dan kerangka Teori
Ilmu Pengetahuan), Yoyakarta, Belukar
[1]
Alumni Tribakti
thn 2010, sekarang menempuh pendidikan di pascasarjana UIN SUKA konsentrasi
Manajemen dan Kebijakan Pendidikan
[2] Muhammad
Muslih, Filsafat Ilmu (kajian dan asumsi dasar paragigma dan kerangka Teori
Ilmu Pengetahuan), Yoyakarta, Belukar. H. 120
[3]
Dr. Waryani
Fajar riyanto, S. H.I. M. Ag, Filsafat Ilmu (Topik-topik Epistimologi).
Yoyakarta, Integrasi Interkoneksi Prees, 2011. H. 455
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmasukan aja, kalau bisa di tampilkan pemikiran lakatos yang masih digunakan pana masa sekarang, agar pembaca lebih menyatu dengan pemikiran lakatos.
BalasHapus