Senin, 09 Januari 2012

PROGRAM RISET (Pemikiran Imre Lakatos)


PROGRAM RISET (Pemikiran Imre Lakatos)
Oleh: M. Nur Huda[1]
Ilmu berawal dari keingintahuan manusia atas fenomena yang ada disekitarnya ataupun tentang dirinya sendiri. Pada awalnya hasrat ingin mengetahui itu terhambat oleh berbagai mitos yang berkembang di masyarakat. Mitos berhasil tertanam didalam pikiran manusia, karena keterbatasan pikiran manusia itu sendiri untuk memberikan dan memperoleh penjelasan yang masuk akal. Salah satu misi ilmuyah adalah meruntuhkan berbagai mitos melalui penjelasan ilmiah yang dapat memuaskan kedahagaan  keingintahuan.
Banyak teori dan metode berfikir yang sudah ditemukan oleh banyak pemikir dalam filsafat kilmu. Dari banyaknya kajian filsafat masing-masing pemikir saling berkomunikasi lewat kritik dan saran yang berfungsi untung menyempurnakan kajian keilmuan.

A.    Biografi Imre Lakatos
Imre Lakatos lahir di hungaria pada tanggal 9 Nopember 1922. Menyelesaikan studi di University of Debrecen pada bidang matimatika, Fisika, dan filsafat. Karirnya diawali dengan jabatan Mentri Pendidikan, namum pemikirannya dipandang menyebabkan kekacauan politik sehingga pada tahun 1950 dipenjara selama tiga tahun, kemudian beliau menerjemah buku-buku matematika kedalam bahas hungaria[2].
Karena pada tahun 1956 terjadi revolusi , Imre Lakatos lari ke Wina yang akhirnya sampai ke London. Di London inilah kemudian Imre Lakatos melanjutkan studi di Cambridge University dan memperoleh gelar doktor setelah mempertahankan desertasinya: Proofs and Refutations: The Logic Of Matematical Discovery (karya yang membahas pendekatan terhadap beberapa metodologi matematika sebagai logika penelitian).
Setelah diangkat memnjadi pengajar di London School of Economic, dia sering terlibat diskusi dengan Popper, Feyerband, dan Khun untuk membantu memantapkan gagasan tentang Metodology of Scientific Research Programms, sehingga pada tahun 1965, Imre Lakatos mengandakan suatu simposium yang mempertemukan gagasan Khun dan Popper.
Pada tahun 1968 Imre Lakatos menerbitkan karyanya yang berjudul: Criticism and The Metodology of Scientific Research Programms, sebagai evaluasi atas prinsip falsifikasi dan upaya perbaikan atas kelemahan dan kekuranganya. Imre Lakatos meninggal pada tanggal 2 Februari 1974 di London sebelum menyelesaikan Karyanya yang berjudul: The Changing Logic Of Scientific Discovery sebagai pembaharuan dari karya Popper: The Logic Of Scientific Discovery.

B.     Konsep Pemikiran Imre Lakatos
Sebgaimana yang telah disinggung diatas bahwasanya Imre Lakatos mengambil jalan tengan atas pemikiran Khun dan Popper. Lakatos ingin mengembangkan dan mengkritik atas kekurangan dari pemikiran Popper dan menghasilkan metode baru yang selanjutnya di sebut Program Riset.[3]
Pemikiran Thomas Kuhn dalam Scientific Revolution nampaknya menimbulkan kegoncangan dalam filsafat ilmu. Ilmu yang dahulu dianggap pasti dengan metodenya sekarang menjadi goyah dengan pemaparan Kuhn yang membawa kepada skeptisisme. Salah satunya adalah Imre Lakatos, Imre Lakatos adalah seorang filsuf Hungaria, yang hidup pada tahun 1922-1974.
Imre Lakatos lebih tertarik dengan menengahi antara perubahan paradigma Kuhn dan falsifikasi Popper. Pemikiran Lakatos berkaitan dengan struktur teori. Pemikiran ini berpendapat bahwa dalam sebuah teori terdapat sebuah inti teori yang tidak bisa dibandingkan satu sama lain. Ini disebut dasar dari dasar (Hardcore) dari sebuah ilmu, dan ini tidak bisa difalsifikasi. Paradigmanya menggunakan istilah Program penelitan (program researc). Pemikiran Lakatos cukup rumit sehingga lebih baik difokuskan untuk memahami bagaimana Lakatos memecahkan problema batas-batas.
Menurut Lakatos perbedaan antara sains dan pseudosains adalah bahwa sebuah sains adalah sains bahwa sains bisa menciptakan peramalan-peramalan terhadap fenomena baru. Pseudosains tidak menciptakan peramalan-peramalan baru dan karena itu gagal disebut sains.  Sebuah sains mampu menciptakan peramalan-peramalan terhadap fakta-fakta, entah ditemukan atau tidak. Sebuah program penelitian disebut progresif ketika dia membuat ramalan-ramalan mengejutkan yang dikonfirmasi dan degeneratif ketika ramalannya tidak akurat atau hanya memoles teori agar sesuai dengan fakta.
Lakatos menyebutkan Pseudosains contoh-contohnya adalah astronomi Ptolemy, kosmogony planetari cosmogony, psychoanalysis Freud, Marxisme abad ke duapuluh, Biology Lysenko, Quantum mekanik Bohr sebelum 1924, astrologi, psychiatry, sosiologi dan ekonomi neo-klasik.
Dalam Program Riset ini terdapat aturan-aturan metodologi yang disebut “Heuristik”, yaitu kerangka kerja konseptual sebagai kosekuensi dari bahasa. Heuristik adalah suatu keharusan untuk melakukan penemuan-penemuan lewat penalaran induktif dan percobaan-percobaan sekaligus menghadirkan kesalahan dalam memecahkikan masalah.
Menurut Imre Lakatos terdapat tiga elemen yang masing mempunyai fungsi yang berbeda dan harus diketahui dalam kaitanya dengan Program Riset, yaitu:
1)      Inti Pokok (Hard-core)
Asumsi dasar yang menjadi ciri dariprogram riset ilmiah yang melandasinya, yang tidak dapat ditolak atau dimodifikasi. Inti pokok ini dilindungi oloeh falsifikasi. Dalam aturan metodologis inti pokok disebut sebagai “heuristik negatif” maksudnya inti pokok yang menjadi dasar diatas elemen yang lain karena sifatnya menentukan dari suatu program riset dan menjadi nhepotese teoritis yang bersifat umum dan sebagai dasar bagi pengembangan program pengembangan.



2)      Lingkaran Pelindung (Protective-belt)
Yang terdiri dari hepotesa-hipotesa bantu (auxiliary hypothese) dalam kondisi-kondisi awal. Dalam mengartikulasi lingkaran pelindung, lingkaran pelindung ini harus menahan berbagai serangan, pengujian dan memperoleh penyesuaian, bahkan perubahan dan pengertian, demi mempertahankan hard-core. Dalam aturan metodologis lingklaran pelindung ini disebut “heuristik positif” maksudnya un tuk menunjukkan bagaimana inti pokok program riset dilengkapi agar dapat menerangkan dan meramalakan fenomena-fenomena yang nyata. Heuristik positif terdiri dari saran atau isyarat tentang bagaimana mengembangkan vaian-varian yang komplek, bagaimana memodifikasi dan meningkatkan lingkaran pelindung yang fleksibel
3)      Serangkaian Teori (a series theory)
Keterkaitan teori dimana teori yang berikutnya merupakan akibat dari klausal bantu yang ditambah dari teori sebelumnya. Menurut Imre Lakotos, yang harus dinilai sebagai ilmiyah atau tidak ilmiah bukanlah teori tunggal, melainkan rangkaian teori baru.
Yang gterpenting dalam serangkaian teori adalah ditandai oleh kontinuitas yang pasti. Kontinuitas berangkat dari program riset yang murni. Keilmiahan sebuah program riset dinilai dari dua syarat, yaitu:
1)      Harus memenuhi derajat koherensi yang mengandung perencanaan yang pasti untuk program riset selanjutnya.
2)      Harus dapat menghasilkan penemuan baru.
Dalam struktur program riset ini diharapkan bisa menghasilkan suatu keilmuan baru yang rasional. Keberhasilan dari suatu program riset ini dilihat dari terjadinya perubahan problem yang progresif dan sebaliknya dikatakan gagal dalam program riset ini adalah jika hanya menghasilkan problem yang justru merosot atau degeneratif.
 Dengan demikian kegiatan ilmiah selanjutnya diarahkan kepada penemuan paradigma baru, dan jika penemuan baru ini berhasil, maka akan terjadi perubahan besar dalam ilmu pengetahuan. Penemuan baru bukanlah peristiwa-peristiwa yang tersaing, melainkan episode-episode yang diperluas dengan struktur yang berulang secara teratur. Penemuan diawali dengan kesadaran akan adanya anomali. Kemudian riset berlanjut dengan eksplorasi yang sedikit banyak diperluas pada wilayah anomali. Dan riset tersebut hanya akan berakhir bila teori atau paradigma itu telah disesuaikan sehingga yang menyimpang menjadi sesuai dengan yang diharapkan. Jadi yang jelas, dalam penemuan baru harus ada penyesuaian antara fakta dengan teori yang baru.